-->

Mewaspadai Pemurtadan melalui Pemikiran/Pendapat

Post a Comment
Beberapa waktu ini kita kembali diingatkan tentang bahaya aqidah, yaitu upaya pendangkalan aqidah bahkan pemurtadan di tempat-tempat umum.

Sebenarnya ini bukan hal aneh, karena kaum kafir memang secara sistematis akan berusaha memalingkan kita dari agama yang haq. Berkaitan ini, Allah mengingatkan berulang kali dalam Quran, bahkan sampai melarang pemimpin kafir, karena bahaya semisal ini. 

Segala cara mereka gunakan untuk mendangkalkan aqidah umat. Mulai simbol, pemaksaan, nikah beda agama, sampai cara tak pantas. 

Berbicara tentang pemurtadan, maka pemurtadan ada 2 jenis:
1. Pemurtadan secara fisik.
2. Pemurtadan pemikiran.

Jenis pertama, kita banyak saksikan di video investigasi yang beredar saat ini, pembagian roti bertulis khas Kristen, kalung merpati, dan lain-lain. Bahkan ada pula yang melakukan Babtist terselubung, bakti sosial yang di dalamnya dakwah. Sasaran empuknya kaum marjinal tak terdidik
Pemurtadan fisik ini berbahaya, namun hanya berlaku bagi yang tak terdidik, lemah ekonomi. Begitu terdidik kaum Muslim, ini tak berarti.

Lebih berbahaya adalah jenis ke-2, pemurtadan pemikiran. Ini jauh lebih berbahaya dari pemurtadan fisik. Karena bila yang datang orang kafir berkalung salib, umat akan waspada. Bagaimana bila yang datang Muslim, tapi berpikir selayaknya kafir? 

Inilah yang dituju oleh banyak Missionary. Cangkang 'Muslim' namun isinya beracun, merusak dan menjauhkan umat dari Islam. Yang sudah murtad secara pemikiran ini masih Muslim, namun permisif terhadap kekufuran, mendukung kekufuran, dan anti-Islam.

Coba simak kutipan Samuel Marinus Zwemer, misionaris global:

“Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim sebagai seorang Kristen. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar hawa nafsu (walaupun mereka Muslim)."

Generasi yang sudah murtad secara pemikiran ini pun jauh dari Islam, mereka lebih akrab dengan nilai selain Islam, walaupun masih Muslim, mereka membuka jalan kekufuran.
Lalu bagaimana caranya kita merespon pemurtadan fisik atau pemikiran? Islam memandu kita untuk melakukan 3 hal:

Pertama, secara individual menguatkan aqidah. Membentengi diri kita dan diri orang lain dengan meyakini bahwa agama yang benar hanya Islam. Berpikir lalu menemukan bukti-bukti yang tak terbantahkan bahwa Islam itu haq, dan mencari alasan "Kenapa aku harus jadi seorang Muslim?".

Ke-dua, berdakwah secara berjama'ah, amar ma'ruf nahi munkar, baik mendakwahi umat kita atau umat lainnya. Dengan jama'ah, In syaa Allah umat akan lebih resisten dan wasapada terhadap segala bentuk pemurtadan yang terjadi, fisik atau pemikiran

Ke-tiga dan yang paling berefek, dengan penerapan syariat Islam oleh negara, ini bentuk tertinggi dari perlindungan aqidah umat

Di masa Rasulullah dan para Khalifah, kaum Nasrani dijamin hidup dan ritual agamanya, namun dilarang berdakwah di ruang publik.

Negara pula yang bertugas menjamin ekonomi umat agar sejahtera dan kuat, hingga tidak mudah terpengaruh karena desakan ekonomi. Misalnya, Rasulullah Muhammad SAW pernah membangun "Pasar Kaum Muslimin" di Madinah yang berdampingan dengan pasar Yahudi dan Nasrani sebagai penguat ekonomi.

Negara pun memfasilitasi kemudahan dakwah dan bahkan negara sendiri yang mengemban dakwah Islam, mengenalkan kebaikan Islam bagi semua.

Fungsi ini yang belum dijalankan di Indonesia, negaranya tidak menjaga aqidah umat. Alasannya karena "Ini bukan negara agama". Kadang kita berpikir, Muslim di Indonesia setengah-setengah, maunya dibilang beragama, tapi bernegara 'tanpa agama'.

Maka secara hukum negara, tindakan pemurtadan tidak bisa ditindak oleh negara, bila dilakukan dengan 'legal' menurut hukum negara. Tidak begitu saat syariat Islam diterapkan di masa Rasulullah SAW, tugas negara salah satunya yang penting adalah melindungi aqidah.

Bagi para orangtua, renungkan kisah Nabi Ya'kub saat menjelang kematian, yang dia khawatirkan bukan harta, bukan tahta, namun iman.
"...ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku?'" (QS 2: 133)

Maka carilah ilmu tentang kebenaran Islam, ajarkan pada anak-anak, lalu berjama'ah dalam kebaikan, dan perjuangkan Islam agar bisa mewujud dalam negara, agar negara itu juga mengemban dakwah Islam.

Mudah-mudahan Allah menguatkan iman di dada kita, menjaga baiknya iman itu dalam keseharian, dan mewafatkan kita dalam keadaan beriman.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter