HADRAMAUT DAN ACEH

Post a Comment

SYARIF HADRAMAUT DAN
ACEH
Seperti diketahui daerah pertama
yang dimasuki Islam terletak di Pulau
Sumatera, khususnya di bahagian
Utara. Yang demikian itu dapat kita
perhatikan pada bab dua hasil
seminar di kota Medan bahawa Aceh
adalah daerah pertama di Indonesia
yang dimasuki Islam. Kitab-kitab
Melayu menyebutkan bahawa raja
muslim pertama yang memerintah
Aceh adalah Jehan Syah pada tahun
1205M. Ia bukan penduduk asli negeri
tersebut, melainkan datang dari luar
dan menikah dengan penduduk asli.
Lalu mereka menerimanya sebagai
raja.
Syarif Hadramaut yang termasuk
pertama datang ke Aceh adalah Syarif
Ahmad bin Muhammad bin Abu
Bakar Asy-Syili. Kerajaan Aceh
memuliakannya pada masa itu dan
salah seorang menterinya
menikahkannya dengan seorang anak
gadisnya. Lalu ia tinggal dan
mempunyai keturunan disana.
Sebelum itu telah ada beberapa orang
syarif Hadramaut yang telah
memasuki Aceh. Diantara mereka
adalah Syarif Abu Bakar bin Hussein
yang wafat pada 1000M. Juga Syarif
Muhammad bin Ahmad bin
Muhammad bin Umar bin Alwi Asy-
Syathiri. Pada masanya banyak yang
masuk ke Aceh dan tersebar disana
pada awal abad ke sebelas. Kurang
lebih pada masa yang sama Syarif Ali
bin Umar bin Ali Ba'mar masuk ke
pulau Jawa, lalu menyebarkan
dakwah Islamiyah disana. Sayid
Ibrahim yang dikuburkan di Gresik
dan ditangannya penduduk Jawa
memeluk Islam juga dari kalangan
Alawiyin.
Dimana pangkal sejarah nasab yang
dikarang oleh Abul Hasan Ali bin Abu
Bakar bin Syeikh As-Saqqaf yang
bernama ‘Al-Jawahir As-Saniyyah fi
nasabah Al-‘Itrah Al-Husainiyyah’ yang
dikumpulkan dan diperbaiki setelah
itu oleh Sayid Ali bin Ahmad bin Ali
bin Hasan Abu Jabhat dan yang
kemudian dikumpulkan dan
diterbitkan oleh Tajul-Ariffin Zainal
Abidin Al-Aydrus???
Memang sejarah nasab yang
sebelumnya diterbitkan oleh Syeikh
bin Abdullah Al-Aydrus disangka
hilang. Tetapi kemudian dijumpai oleh
Sayid Abdurrahman bin Syeikh Al-Kaff.
Selain itu terdapat satu naskah yang
berharga yang didapatkannya pada
koleksi Syarif Alawiyin dari kalangan
Al-Aydrus di India. Didalamnya
disebutkan tentang banyak orang
yang pindah dari Hadramaut dari
kalangan para syarif.
Disamping itu disebutkan dalam kitab
‘Al-Masyra’ Al-Rawi’ sejumlah nama
ulama syarif Alawiyin Hadramaut yang
masuk ke Indonesia beberapa abad
sebelum kedatangan Belanda,
khususnya ke daerah Aceh. Diantara
yang terkenal adalah Syarif Hashim
yang memainkan peranan yang
penting dalam peperangan yang
terkenal dengan perang Bugis
sebelum penjajah Belanda dan yang
lainnya menduduki Indonesia.
Keluarga Hashim adalah termasuk
dari kalangan Syarif Alawiyin ‘Aal
Ammul Faqih Al-Muqaddam’ bin
Shohib Mirbath dari Zhufar. Banyak
terdapat dari mereka di daerah
Banjar, Pulau Kalimantan dan di Sri
Lanka.
Nasab mereka berpangkal kepada
Syarif Hasyim bin Ahmad bin Alwi bin
Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi
yang dikenal dengan 'Ammul Faqih'.
Ada orang yang lebih dahulu dari
mereka masuk ke Aceh iaitu Sayid
Hashim bin Muhammad( yang wafat
pada tahun 678H) bin Abdullah bin
Mubarak bin Abdullah(yang wafat
tahun 884H) bin Muhammad bin
Abdullah Ra 'Alawi.
Didaerah Aceh ada beberapa
pemakaman yang terdiri dari banyak
makam Syarif Alawiyin. Ada sejumlah
sultan dari kalangan syarif yang
memegang pemerintahan di daerah
itu yang dikenal oleh penduduknya
sampai sekarang dengan sebutan
'Habib' yang merupakan kata yang
digunakan untuk setiap orang Arab
dari kalangan Syarif.
Di daerah itu didapati kuburan
beberapa sultan dan raja, diantaranya
kubur Al-Malik Al-Kamil yang
memerintah Aceh. Kemudian setelah
itu Al-Malik Ash-Sholih yang
menggantikannya di kampung Blang
Mey dengan kuburan-kuburan lain
yang banyak. Pada batu nisan
sebahagian kubur itu terdapat tulisan-
tulisan yang dipahat, sebahagiannya
dari marmar, sebahagian lagi dari
batu granit.
Diatas kubur Al-Malik Al-Kamil tertulis
keterangan bahwa ia wafat pada
Ahad 7 Jamadil Ula 607H bertepatan
dengan 1210M. Juga terdapat kubur
sepupunya seorang panglima dimana
penduduk daerah Kayu dan daerah-
daerah yang terletak disebelah Barat
Sumatera masuk Islam melalui
perantaraan, iaitu Al-Malik Ash-Shalih
yang wafat pada 8 Ramadhan 696H
bertepatan dengan 1296M. Diantara
yang tertulis diatas kuburnya adalah
kalimat-kalimat berikut :
Sesungguhnya dunia itu fana, tidak
ada yang tetap didunia
Sesungguhnya dunia itu bagaikan
rumah, yang dibuat laba-laba
Cukuplah bagimu wahai penuntut
ilmu, makanan darinya
Yang sedikit saja, karena setiap yang
berada didunia akan mati
Setelah ia wafat yang memegang
pemerintahan adalah anaknya, Sultan
Muhammad Ash-Zahir yang wafat
pada malam Ahad 12 Zulhijjah
726H/1325M. Setelah Sultan
Muhammad Ash-Zahir wafat yang
memerintah Sultan Ahmad bin
Muhammad Ash-Zahir. Ia wafat pada
Jumaat 4 Jamadil Akhir 809H/1407M.
Setelah itu yang memegang
pemerintahan adalah Ali Zainal
Abidin, kemudian saudara
kandungnya Shalahuddin, kemudian
Abdullah bin Shalahuddin dan
isterinya iaitu Ratu Bahiyyah binti
Zainal Abidin yang wafat 811H/1408M,
kemudian saudaranya Johan Parabu
yang wafay pada 848H/1444M dan
lain-lain.
Dari keluarga-keluarga Al-Alawiyah lah
berasal keturunan raja-raja Brunei,
Carmen, Serawak, Sulu, Cebu,
Mindanao, Kanawi sebagaimana yang
disebut oleh Dr. Najeeb Shaliby pada
fasal menerangkan tentang kumpulan
pulau-pulau yang jumlah nya
mencapai 1700 pulau dan juga
menyebutkan perbatasan-perbatasan
negeri.
Sumber :
Dr. Muhammad Hasan Al-Aydrus
Pengajar Sejarah di Universiti Uni
Emirat Arab
Buku : Penyebaran Islam di Asia
Tenggara 'Asyraf Hadhramaut dan
peranannya'
Cetakan kedua 1997

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter