al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad berkata:
“Hendaknya si murid bersungguh-sungguh menjaga hatinya dari segala bentuk was-was, perasaan yang buruk dan prasangka yang tidak baik. Karena jika perasaan semacam itu masuk kedalam hatinya, maka hatinya akan rusak dan tidak mudah keluar dari badannya.”
Karena itu al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad memerintahkan sang murid untuk bersungguh-sungguh dalam membersihkan hatinya, karena hati termasuk pusat perhatian Allah swt.
al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Hendaknya si murid bersungguh-sungguh membersihkan hatinya dari perasaan senang kepada dunia, dari hasud, dendam, curang dan berprasangka buruk kepada setiap muslim. Hendaknya ia menyayangi imat Islam, perduli kepada mereka, berprasangka yang baik kepada mereka, mengharap kebaikan bagi mereka seperti ketika ia mengharapkannya untuk dirinya dan sebaliknya, ia tidak mengharap keburukan bagi mereka seperti ketika ia tidak mnegharap keburukan bagi dirinya. Dan ia tidak boleh mengharap keburukan bagi kaum muslimin, seperti ketika ia tidak ingin mendapatkannya untuk dirinya.”
Selanjutnya, al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Wahai murid, ketahuilah bahwa hati dapat berbuat maksiat yang lebih keji, lebih buruk dan lebih jahat dari berbagai maksiat yang biasa dilakukan oleh anggota badan. Tentunya hati tersebut tidak dapat menerima ma’rifat dan kecintaan kepada Allah swt, kecuali setelah segala maksiatnya dijauhi oleh hati, diantaranya adalah sombong, riya’, dan hasud.”
Selanjutnya, al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Di dalam hati ada sejumlah moral yang banyak tercela. Penyebab utamanya adalah rasa cinta kepada dunia. Mencintai dunia adalah sumber segala kesalahan seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits. Jika hati seorang tidak mempunyai moral yang tercela, maka hatinya bersih, suci, bercahaya dan indah. Hati semacam itulah yang pantas menerima cahaya ilahi dan melihat segala rahasia-Nya.”
Sumber: Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah al-Haddad, hal: 99.
“Hendaknya si murid bersungguh-sungguh menjaga hatinya dari segala bentuk was-was, perasaan yang buruk dan prasangka yang tidak baik. Karena jika perasaan semacam itu masuk kedalam hatinya, maka hatinya akan rusak dan tidak mudah keluar dari badannya.”
Karena itu al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad memerintahkan sang murid untuk bersungguh-sungguh dalam membersihkan hatinya, karena hati termasuk pusat perhatian Allah swt.
al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Hendaknya si murid bersungguh-sungguh membersihkan hatinya dari perasaan senang kepada dunia, dari hasud, dendam, curang dan berprasangka buruk kepada setiap muslim. Hendaknya ia menyayangi imat Islam, perduli kepada mereka, berprasangka yang baik kepada mereka, mengharap kebaikan bagi mereka seperti ketika ia mengharapkannya untuk dirinya dan sebaliknya, ia tidak mengharap keburukan bagi mereka seperti ketika ia tidak mnegharap keburukan bagi dirinya. Dan ia tidak boleh mengharap keburukan bagi kaum muslimin, seperti ketika ia tidak ingin mendapatkannya untuk dirinya.”
Selanjutnya, al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Wahai murid, ketahuilah bahwa hati dapat berbuat maksiat yang lebih keji, lebih buruk dan lebih jahat dari berbagai maksiat yang biasa dilakukan oleh anggota badan. Tentunya hati tersebut tidak dapat menerima ma’rifat dan kecintaan kepada Allah swt, kecuali setelah segala maksiatnya dijauhi oleh hati, diantaranya adalah sombong, riya’, dan hasud.”
Selanjutnya, al-Habib Abdullah al-Haddad berkata:
“Di dalam hati ada sejumlah moral yang banyak tercela. Penyebab utamanya adalah rasa cinta kepada dunia. Mencintai dunia adalah sumber segala kesalahan seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits. Jika hati seorang tidak mempunyai moral yang tercela, maka hatinya bersih, suci, bercahaya dan indah. Hati semacam itulah yang pantas menerima cahaya ilahi dan melihat segala rahasia-Nya.”
Sumber: Mengenal Lebih Dekat al-Habib Abdullah al-Haddad, hal: 99.
Post a Comment
Post a Comment