Cahaya Islam di Madagaskar
Sekali mendengar senandung lagu ini, boleh jadi Anda langsung teringat film animasi komedi buatan Hollywood, Madagascar. Ya, film yang telah tayang beberapa seri ini terus menghipnotis anak-anak dengan
gaya lucu si singa Alex dan kawan-kawannya. Dikisahkan, mereka kabur dari kebun binatang ke hutan belantara yang buas di Madagaskar. Tentu saja, Madagaskar bukanlah negeri yang hanya dihuni hewan-hewan liar dan pepohonan rindang seperti di film itu. Republik Madagaskar adalah negara pulau di Samudra Hindia, tepatnya di lepas pesisir timur Afrika.
Pulau Madagaskar adalah pulau terbesar keempat di dunia. Selain pulau utama, beberapa pulau kecil di sekitarnya juga diklaim oleh republik ini, yaitu Pulau Juan de Nova, Pulau Europa, Kepulauan Glorioso, Pulau Tromelin Island, dan Bassas da India. Walau secara geografis berdekatan dengan Afrika,
ejarah geologi, biologi, dan demografi Madagaskar berbeda dengan wilayah daratan utama benua itu. Madagaskar dihuni oleh sekitar 22 juta jiwa. Dari jumlah itu, menurut CIA Factbook, tujuh persennya adalah Muslim. Lain lagi dengan data dari Islamic Focus Newspaper yang menyebut, jumlah Muslimin di Madagaskar mencapai 10 persen hingga 15 persen dari total populasi. Sementara PEW Research Center menyatakan,
terdapat sekitar 215 ribu Muslimin di pulau ini. Terlepas dari ketepatan jumlah Muslimin di Madagaskar, eksistensi Islam di negara bekas jajahan Prancis tersebut tak perlu diragukan. Populasi Muslim sebagian besar tinggal di bagian barat pulau yang dulu bernama Republik Malagasy tersebut. Sebagian besar mereka
merupakan imigran dari Yaman, Iran, Zanzibar, dan negara lainnya. Sekitar 50 ribu pengungsi Muslim dari India, Komoro dan Somalia, pun hidup nyaman di pulau seluas 587 kilometer persegi tersebut. Tak sedikit pula warga lokal yang menjadi mualaf dan bergabung dengan mereka. Meski bukan agama mayoritas, Islam tumbuh pesat di Madagaskar. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah masjid meningkat dari hanya hitungan jari menjadi puluhan. Saat ini, sedikitnya 50 masjid dan pusat Islam berdiri di seluruh penjuru negeri itu. Muslimin pun memiliki restoran yang menyediakan makanan halal. Mereka juga membangun klinik, sekolah, yayasan sosial, hingga berkiprah di ranah ekonomi dan politik. Dakwah Islam pun bebas disiarkan melalui televisi ataupun radio nasional. Sejarah mencatat, Islam masuk ke Madagaskar melalui jalur perdagangan. Dimulai sekitar abad ke-10 atau ke-11, banyak warga Arab datang dan berdagang ke pantai timur Afrika. Budak dari Zanzibar juga banyak yang bekerja di kawasan itu. Namun, Islam baru benar-benar menyentuh Madagaskar kala imigran Arab mulai menetap di area Majunga, bagian barat laut pulau. Bangsa Arab Muslim mendirikan pos perdagangan di sepanjang pantai di bagian barat laut tersebut.
terdapat sekitar 215 ribu Muslimin di pulau ini. Terlepas dari ketepatan jumlah Muslimin di Madagaskar, eksistensi Islam di negara bekas jajahan Prancis tersebut tak perlu diragukan. Populasi Muslim sebagian besar tinggal di bagian barat pulau yang dulu bernama Republik Malagasy tersebut. Sebagian besar mereka
merupakan imigran dari Yaman, Iran, Zanzibar, dan negara lainnya. Sekitar 50 ribu pengungsi Muslim dari India, Komoro dan Somalia, pun hidup nyaman di pulau seluas 587 kilometer persegi tersebut. Tak sedikit pula warga lokal yang menjadi mualaf dan bergabung dengan mereka. Meski bukan agama mayoritas, Islam tumbuh pesat di Madagaskar. Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah masjid meningkat dari hanya hitungan jari menjadi puluhan. Saat ini, sedikitnya 50 masjid dan pusat Islam berdiri di seluruh penjuru negeri itu. Muslimin pun memiliki restoran yang menyediakan makanan halal. Mereka juga membangun klinik, sekolah, yayasan sosial, hingga berkiprah di ranah ekonomi dan politik. Dakwah Islam pun bebas disiarkan melalui televisi ataupun radio nasional. Sejarah mencatat, Islam masuk ke Madagaskar melalui jalur perdagangan. Dimulai sekitar abad ke-10 atau ke-11, banyak warga Arab datang dan berdagang ke pantai timur Afrika. Budak dari Zanzibar juga banyak yang bekerja di kawasan itu. Namun, Islam baru benar-benar menyentuh Madagaskar kala imigran Arab mulai menetap di area Majunga, bagian barat laut pulau. Bangsa Arab Muslim mendirikan pos perdagangan di sepanjang pantai di bagian barat laut tersebut.
Pada abad pertengahan, raja-raja di pulau Madagaskar secara intensif berinteraksi dengan para saudagar dari Arab, Persia, dan Somalia. Para pedagang ini bisa masuk dengan mudah karena membawa paham kesamaan hak antara manusia, antara wanita dan pria.
Pada masa penjajahan Prancis, perkembangan Islam tak terhenti. Pascakemerdekaan tahun 1958, Madagaskar memilih menjadi sekuler dengan berpihak pada Uni Soviet. Meski demikian, semua agama yang ada di pulau indah ini boleh terus dikembangkan. Saat ini, Madagaskar lebih dekat pada negara bekas penjajah, Prancis. Dalam hal agama, Kristen hanya dipeluk oleh sekitar 41 persen warga, sementara mayoritas orang Madagaskar (52 persen) menganut kepercayaan tradisional. Bagaimana dengan Islam? Agama Allah ini pun berkembang pesat. Pengaruh Muslim Arab banyak dijumpai di bagian tenggara pulau. Tak sedikit pula masyarakat setempat yang mulai tertarik pada Islam, yang dianggap sebagai agama nenek moyang mereka. Suku tradisional pun berislam Ada satu perkembangan penting terkait perkembangan Islam di Madagaskar.
Beberapa suku tradisional setempat mulai melihat Islam sebagai agama yang perlu mereka anut. Mereka tergugah pada pemahaman bahwa Islamlah agama awal mula mereka sehingga sangat perlu kembali pada keyakinan tersebut. Suku demi suku pun dikabarkan telah mengikrarkan diri sebagai Muslim. Terakhir, Suku Intimor melakukan syahadat massal. Sebanyak 17.500 mualaf pun lahir dari suku ini. Intimor adalah suku yang tinggal di tenggara Madagaskar. Suku ini diyakini telah memiliki akar Islam pada masa lalu. Berislamnya kembali Suku Intimor disaksikan para aktivis dakwah Muslim Afrika yang berbasis di Kuwait. Kepala aktivis Syekh Bin Issa Alawy mengatakan, dulu orang-orang Intimor telah menjadi Muslim, tetapi kehilangan kontak dengan dunia Islam sehingga hilang pula keyakinan mereka. Kondisi itu diperburuk oleh masuknya misionaris Kristen yang memengaruhi kehidupan beragama mereka. Secara bertahap, suku tersebut kembali mengimani keyakinan mereka pada masa silam, yakni keimanan kepada Allah, Tuhan yang Esa.
Syekh Alawy mengatakan, upaya reislamisasi Intimor masih dalam proses meski telah berlangsung sejak empat tahun silam. Kedepan, ia mengharapkan sekitar 50 ribu warga Intimor dapat kembali memeluk Islam. Tak hanya Intimor, suku-suku lain pun diharapkan dapat menemukan kembali jati diri mereka sebagai Muslim.
''Muslim baru ini (mualaf Intimor) membutuhkan banyak bantuan. Karena itu, kami mengimbau para dermawan Muslim di seluruh penjuru dunia dapat membantu," ujarnya dikutip laman Islamic Voice.
Meski bukan mayoritas, Islam tumbuh pesat.
"I like to move it move it, you like to move it move it, we like to move it move it."
Post a Comment
Post a Comment