-->

Ciri-ciri Orang Sekuler

Post a Comment
Efek dari Secularization adalah membuat orang jadi mencurigai agama sendiri, Skepticism atau ragu terhadap Tuhan, Nabi, lalu memisahkan agama dari ruang publik dan duniawi. Seorang yang terjangkit Secularism biasanya memiliki ciri-ciri suka mengatakan: 

"Jangan bawa-bawa agama", 

"Membicarakan agama seseorang di ruang publik adalah tidak etis", 

"Ibadah itu urusan masing-masing, urusan pribadi dengan Tuhan, tidak perlu ikut campur", 

"Tidak boleh menghakimi dan mengatur orang lain dengan mengatasnamakan agama, hanya Tuhan yang berhak, manusia tak berhak",

 "Tidak boleh melakukan kekerasan mengatasnamakan agama", 

"Kebenaran harus ada bukti ilmiah, sedangkan agama sulit dibuktikan secara ilmiah kebenarannya", 

"Dilarang dakwah di Social media", dan sebagainya. 

Padahal dalam Islam, seorang Muslim dari bangun tidur hingga tidur kembali selalu membawa agamanya. Sebelum masuk toilet saja, seorang Muslim berdoa dulu dan mendahulukan kaki kiri. Sebagian Muslim pun diwajibkan untuk berdakwah dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar yang mau tidak mau harus berhubungan dengan publik. Selanjutnya, soal kekerasan pun ada yang dibolehkan dalam Islam. Perang, hukum cambuk, rajam hingga mati, potong tangan, dan sebagainya adalah kekerasan, namun itu dibolehkan Islam dalam kondisi tertentu. Yakni boleh balas memerangi ketika diperangi, boleh hukum cambuk bagi peminum khamr dan pezina yang belum pernah menikah, dan boleh juga memotong tangan pencuri. Tetapi seorang Sekuler akan menentang dengan alasan bahwa semua itu melanggar Human Rights (HAM). Sekularisme ini sebuah paham yang mana manusia dituhankan, sedangkan agama harus manusiawi. Tuhan dimanusiawikan agar bisa diterima, hal ini sesuai gagasan yang diungkap oleh guru dari Karl Marx, yakni Ludwig Feuerbach. 

Orang-orang Sekuler juga berpandangan bahwa derajat manusia ditentukan hartanya. Contohnya, seseorang belum dianggap sukses bila ia miskin. Seorang yang memiliki gelar profesor belum sukses bila hidupnya melarat. Contoh lain misal seorang pemuda hendak melamar gadis, ketika mendatangi orangtua si gadis biasanya si pemuda akan ditanyai sudah kerja atau belum, kerjanya apa, penghasilan berapa, pendidikannya sampai mana, dan sebagainya. Bukan malah ditanya agamanya apa, sholatnya terjaga atau tidak, bacaan dan hafalan Quran bagaimana. Ini menunjukkan Sekularisme mengedepankan duniawi semata, tidak mementingkan agama atau akhirat dan hanya menganggap benar segala sesuatu yang tampak, serta bersifat Materialistic. 

Itulah sedikit dari sekian banyak fenomena yang terjadi di dalam masyarakat, bahkan ada juga yang mengalami di keluarganya sendiri. Tanpa sadar, orang-orang telah berpikir Sekuler, terbaratkan. Sekularisme menurut George Holyoake, penulis Inggris yang pertama kali menggunakan istilah Sekularisme pada 1846 adalah suatu sistem Ethics yang didasarkan pada prinsip Morality alamiah dan terlepas dari agama-wahyu atau Supernatural. Definisi lainnya adalah suatu pandangan bahwa pengaruh organisasi agama harus dikurangi sejauh mungkin dan bahwa moral dan pendidikan harus dijauhkan dari agama. 

Kemudian dalam buku 'Islam dan Sekularisme' karya Syed Muhammad Naquib Al-Attas dijelaskan bahwa Sekuler berasal dari bahasa Latin saeculum yang berarti waktu dan tempat atau ruang. Sekuler dalam pengertian waktu merujuk ke sekarang atau kini, sedangkan dalam pengertian ruang merujuk ke dunia atau duniawi. Jadi saeculum bermakna zaman kini atau masa kini, dan zaman ini atau masa kini merujuk kepada peristiwa di dunia ini, dan itu juga berarti peristiwa-peristiwa masa kini. Maka Sekularisme dapat diartikan sebagai paham yang hanya melihat kehidupan dunia saat ini saja tanpa ada perhatian sama sekali terhadap hal yang bersifat Spirituality seperti adanya kehidupan nanti setelah kematian yang merupakan ajaran agama.
Menurut Harvey Cox dalam bukunya yang berjudul 'The Secular City', Sekularisasi melibatkan 3 proses, yaitu;
1. Pembebasan alam dari ilusi (Disenchantment of nature),
2. Desakralisasi politik (Desacralization of politics),
3. Pembangkangan terhadap nilai-nilai (Deconsecration of values). Yang pertama maksudnya pembebasan alam dari pengaruh ilahi yang mencakup kepercayaan Animistic, dewa-dewa, dan sifat magis dari alam. Yang ke-2, peniadaan kesucian dan kewibawaan agama dari politik. Dan yang ke-3, berarti penghapusan kesucian nilai-nilai, termasuk nilai agama dari kehidupan. Semua nilai akan selalu terbuka untuk berubah, bersifat Relativism tergantung perkembangan zaman yang standarnya adalah ilmu pengetahuan, bukan agama.

Bila merujuk pada kamus 'World English Dictionary', Sekularisme didefinisikan sebagai;

1. Sebuah falsafah yang menolak semua agama dalam masyarakat,
2. Sebuah pemikiran (sikap) yang berpegang bahwa tiada tempat bagi agama dalam kehidupan bermasyarakat,
3. Sebuah keadaan untuk menjadi Sekuler,
4. Sistem politik atau falsafah sosial yang menolak semua bentuk kepercayaan dan agama,
5. Berpendapat bahwa pendidikan awam dan perkara dasar lain mesti dijalankan tanpa pengenalan ke elemen atau unsur keagamaan.

Oleh karena itu, berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Barat mendefinisikan Sekularisme sebagai suatu pemisahan antara unsur-unsur agama dengan kehidupan, yakni dari segi masyarakat, politik, pendidikan dan lain-lain.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter